Nila merah (Oreochromis sp.) terasa sangat asing. Namanya jarang terdengar. Orang lebih banyak menyebut nila hitam, karena nila hitam lebih memasyarakat. Meski tidak sepopuler nila hitam, teatpi bukan berate nila merah tergolong ikan baru. Kehadirannya di Indonesia sudah ckup lama, yaitu sekitar dua puluh tahun yang lalu ketikan pertama kali didatangkan. Nila merah yang ada di
Pada awalnya, kehadiran nila merah disambut baik oleh masyarakat. Karena selain mudah berkemabangbiak juga bentuk tubuh dan warnanya mirip dengan kakap merah. Bahkan sebagian besar pembudidaya berharap, nila merah dapat mengganti kedudukan kakap merah yang harganya tergolong mahal. Harapan itu menjadikan nila merah menjadi salah satu komoditas unggulan. Namun karena harapan itu tidak terwujud, pamor nila merah mulai turun, apalagi setelah hadirnya nila GIFT, nila merah seperti tenggelam ditelan bumi.
Meski nila merah tidak sepopuler seperti nila hitam, tetapi bukan berarti ikan nila merah tidak memiliki prospek. Prospeknya tetap menjanjikan. Karena para maniak ikan atau konsumennya tetap memintanya. Bahkan mereka berani membeli dengan harga dua kali lipat dari harga ikan nila hitam. Inilah peluang yang sangat menjanjikan untuk dijadikan sebagai lahan usaha, karena berusaha dalam nila merah tidak banyak saingannya. Seperti permintaan yang masuk ke Balai Besar Pengembangan Budidaya Air Tawar Sukabumi akhir-akhir ini.
Budidaya ikan nila merah tidak sulit, mulai dari tahap pembenihan maupun pada tahap pembesaran. Seperti halnya nila hitam, nila merah mudah sekali berkembang biak. Nila merah dapat memijah secara alami, baik di kolam tanah, bak-bak semen dan jaring terapung. Teknik pemijahannya sangat praktis, tinggal memasukan jantan dan betina, induk nila merah dapat memijah dengan mudah, dan benih-benihnya dapat dipanen dalam waktu yang singkat.