Menunda waktu berarti merubah waktu pelaksanaan. Yang mestinya hari ini dirubah menjadi besok, yang mestinya pagi hari dirubah menjadi siang hari. Pengubahan waktu pelaksanaan akan mengurangi langkah kita. Yang mestinya sudah lima langkah, tapi kita baru mulai, yang mestinya sudah sampai di tujuan, tapi kita masih di perjalanan. Tindakan itu akan mempengaruhi jadual pelaksanaan, artinya jadual itu harus dibuat kembali. Pembuatan jadual baru memerlukan waktu, tenaga dan pikiran. Itu artinya kita akan mundur beberapa langkah.
Jangan lakukan itu. Kalau kita menunda waktu berarti kita telah melakukan satu kebodohan. Karena kita tidak mau memanfaatkan kesempatan. Padahal kesempatan itu hanya sekali dalam hidup, karena waktu akan terus berjalan sesuai dengan putaran jarum jam dan hari-haripun akan terus berganti. Dengan menunda waktu berarti kita telah membiarkan waktu berlalu begitu saja. Coba kalau kita tidak menunda waktu atau memulai sejak dini, mungkin sudah mendapatkan hasilnya.
Menunda waktu berarti kita juga telah melakukan kebodohan lain. Karena kita tidak mau memanfaatkan keadaan. Sedangkan keadaan itu selalu berubah setiap saat, dimana keadaan itu tidak selamanya baik, bisa saja keadaan berubah seratus delapan puluh derajat. Kalau sudah begitu bagaimana mungkin kita akan memulai, tentu kita harus menunggu waktu yang hingga keadaan berubah menjadi baik kembali. Padahal menunggu itu membutuhlan waktu, berarti kita akan mundur lagi.
Banyak sekali orang yang pandai sekali dalam membuat rencana dengan lengkap. Jadualnya sangat ketat mulai dari persiapan, berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam persiapan itu, berapa lama waktu yang dibutuhkan dalam pelaksanaan, dan kapan dia akan mendapat untung. Hari, bulan dan tahun tercatat dalam jadual itu. Perhitungannya juga sangat matang, berapa biaya untuk investasi, berapa biaya yang untuk membeli sarana produksi, berapa biaya untuk tenaga kerja, berapa bunga modal, berapa pendapatannya dan berapa keuntungan yang akan diperoleh. Semua tercatat pula dengan lengkap, sehingga dalam waktu tertentu dia sudah menikmati hasilnya. Namun ketika tiba waktunya, dia sangat malas, menunda dengan alasan yang tak jelas. Yang akhirnya dia harus merubah kembali jadual itu. Jangan lakukan itu. Suatu kebodohan yang sangat besar.
Penundaan waktu dapat berakibat buruk pada mental seseorang. Karena dalam waktu itu banyak sekali pengaruh yang masuk. Baik pengaruh dari diri sendiri, misalnya secara tak sadar orang tersebut mengkaji kembali rencana itu, lalu membuka dan melakukan perhitungan ulang atau mengubah jadual. Akhirnya orang itu bekerja kembali. Padahal belum tentu apa yang dibuatnya itu benar. Bisa pengaruh dari luar, misalnya berita dari orang atau media massa yang mengatakan usaha itu tidak relevan. Yang pada akhirnya orang tersebut akan membatalkan rencana itu. Padahal belum tentu berita itu benar. Siapa tahu itu hanyalah akal bulus dari pesaingnya.
Jangan pernah melakukan sesuatu atau batal melakukan sesuatu hanya karena pendapat orang lain. Percayalah kepada diri sendiri, percayalah dengan rencana yang sudah dibuat dengan susah payah dengan mengorbankan waktu, tenaga dan pemikiran. Percayalah dengan kemampuan kita, bahwa kita akan mampu melakukannya. Kenyataan sebenarnya orang lain tak pernah memikirkan diri kita. Yang memikirkan kita adalah diri kita sendiri. Kita yang membuat rencana, kita yang harus melaksanakan rencana itu, kita yang harus mengahadapi masalah dan memecahkannya, kita sendiri yang akan menghadapi risiko dan kita sendiri nantinya yang akan menikmati hasilnya. Biarlah orang lain menjadi penonton kita. Biarlah mereka dengan rencananya. Biarlah mereka menikmati hasil kerjanya sendiri.
Jika kita cinta kehidupan, janganlah kita menghambur-hamburkan waktu, karena waktulah yang akan membentuk diri kita. Orang biasa menunda waktu selama mereka akan terus berbuat seperti itu. Karena waktu telah membentuknya menjadi orang yang malas. Bila ditanya orang lain, mereka akan mengemukakan berbagai alasan yang tidak masuk akal. Bila diberi saran mereka akan marah, tersinggung karena dianggapnya orang lain telah mencampuri urusan pribadinya. Tentu saja suatu saat mereka akan kewalahan sendiri karena pekerjaannya semakin menumpuk dan akhirnya mereka merasa kewalahan karena tak mungkin pekerjaan itu bisa diselesaikan dalam waktu singkat. Timbulah penilaian, bahwa mereka tidak bisa bekerja.
Beda lagi dengan orang yang biasa patuh pada aturannya, disiplin dengan waktu yang telah ditentukan. Mereka akan bekerja tepat pada waktunya atau tidak menunda waktu. Kebiasaan itu akan melekat dalam dirinya, kapan saja, dimana saja dan dalam suasana apapun. Mereka akan merasa berdosa kalau tidak melakukannya, mereka merasa seperti punya hutang yang belum dibayar. Kemana mereka pergi akan selalu teringat, sampai-sampai dia tidak bisa tidur. Orang lain tidak pernah menanyakan pekerjaannya, orang lain jarang memberi saran. Bila diberi saran dia sambut dengan senang hati. Tentu saja pekerjaan juga tidak menumpuk, karena dia telah menyelesaikan dalam waktunya. Timbulah penialain baik padanya. - bersambung -