Dapatkan buku-buku karya Usni Arie terbaru (Penebar Swadaya Jakarta), Panen Lele 2,5 Bulan, Panen Bawal 40 Hari, Panen Ikan Mas 2,5 Bulan, Panen IKan Patin 3 Bulan. Tersedia kumpulan artikel budidaya ikan air tawar (23 jenis ikan), kumpulan artikel budidaya nila gesit. Miliki buku Kiat Sukses Beternak Kodok Lembu. Hubungi 081 563 235 990.

26 May 2008

Budidaya Ikan Patin - Pengeluaran telur

Setelah 10 – 12 jam dari penyuntikan kedua, induk betina biasanya siap untuk dikeluarkan telurnya. Tetapi sebelum kegiatan itu dimulai, tempat penetasan telur yang berupa akuarium disiapkan. Satu ekor induk betina yang beratnya 3 – 4 kg mengandung telur 1,2 – 1,6 juta butir telur dan membutuhkan minimal 10 buah akuarium.

Cara mengeluarkan telur :

* Siapkan wadah penampungan telur berupa piring atau baskom plastik yang bersih dan kering. Untuk piring atau baskom yang sudah dipakai bisa dikeringkan dengan lap atau tisu, tetapi wadah itu harus betul-betul kering. Siapkan pula bulu ayam sebagai pengaduk pencampuran telur dengan sperma dan handuk kecil sebagai alat pemegang dan pengring tubuh induk

* Surutkan air dalam bak pemijahan setinggi 5 cm, atau setinggi dimana induk dapat dtangkap dengan mudah, tetapi tidak menyebakan stres untuk yang lainnya.

* Tangkap induk betina yang sudah disuntik dengan lambit, urut sedikit perutnya. Bila sudah mulai keluar, letakan di atas handuk, bila tidak keluar kembalikan ke tempat asalnya. Tanda yang meyakinkan adalah perutnya lebi mengembang atau lebih membesar dari sebelumnya. Lap seluruh bagian tubuhnya agar badannya kering. Bungkus tubuh induk dengan handuk itu, tetapi tidak menutupi lubang telur, lalu angkat induk dan letakan induk itu di atas piring atau baskom penampung telur.

* Lakukan streefing dengan cara mengurut perut ke arah lubang pengeluaran telur hingga telurnya keluar, lalu tampung telur itu dalam baskom. Catatan : Streefing sebaiknya dilakukan oleh dua orang, satu orang memegang kepala dan melakukan streefing, dan seorang lagi membantu memegang ekor dan memegang baskom penampung telur.

* Masukan larutan sperma ke dalam telur, lalu aduk dengan bulu ayam hingga rata ke seluruh telur. Pemasukan larutan sperma ini harus diatur, jangan sampai kekurangan, jangan sampai pula kelebihan. Harus memperhitungkan jumlah telur dari sekor induk betina. Bila kekurangan dapat menghambat pengurutan telur untuk induk yang lain. Satu hal yang harus diperhatikan adalah jangan sampai ada setetespun air masuk ke dalam baskom itu.

* Aduk telur yang sudah diberi sperma dengan bulu ayam hingga merata. Bila sudah merata, tambahkan ½ gelas larutan fisiologis ke dalam telur tadi, goyangkan dan aduk agar merata, lalu buang sedikit demi sedikit secara perlahan agar telurnya tidak ikut keluar. Perlakuan itu bertujuan untuk membersihkan telur dengan membuang sperma sisa, darah yang keluar dari induk betina. Kalau sudah bersih, telur siap ditebar ke tempat penetasan.

Penetasan telur.

Penetasan telur ikan patin adalah merawat telur yang baru dikeluarkan dari induk betina dan sudah dicampur dengan sperma hingga menetas. Penetasan ini dilakukan dalam akuarium berukuran panjang 80 cm, lebar 60 cm dan tinggi 40 cm. Satu ekor induk betina membutuhkan minimal 10 akuarium. Akuarium-akuarium itu diletakan dalam rak-rak besi yang disimpan dalam sebuah ruangan. Akuarium harus dsipakan sebelumnya.

Penyiapan akuarium terdiri dari pengeringan, pengairan dan pemasangan instalasi penetasan. Akuarium bekas penetasan lalu, dibuang airnya dengan selang. Sambil menunggu kering, seluruh permukaan akuarium bagian dalam, terutama dasarnya digosok dengan spon atau busa, lalu dibilas dengan air bersih. Tujuannya agar kotoran yang menempel pada bagian itu hilang, sehingga akuarium menjadi bersih. Akuarium dibiarkan kering selama 2 hari.

Akuarium diisi air bersih setinggi 25 – 30 cm. Caranya dengan mengalirkan air itu dari bak penampungan dengan selang berdiameter ¾ inchi. Setelah penuh, pada setiap akuarium dipasang masing-masing dua buah titik aerasi sebagai pensuplay oksigen. Aerasi dihidupkan selama penetasan. Peletakan aerasi harus berjauhan agar aerasi itu, difusi oksigen merata dan oksigennya juga merata.

Penetasan telur ikan patin perlu suhu tinggi, antara 28 – 30 O C. Pada suhu ini telur menetas cepat. Dengan begitu masa kritis telur cepat terlewati. Untuk daerah pantai, suhu air sudah mencapai seperti itu, tetapi untuk daerha pegunungan, suhu air jauh di bawah 28 O C. Agar bisa mencapai suhu tersebut, maka setiap akuarium dipasang pemanas air (heater). Heater dihidupkan selama penetasan. Alat itu dipasang pada suhu 28 O C.

Bila akuarium penetasan sudah siap, maka telur bisa ditebar. Telur-telur harus ditebar merata ke seluruh permukaan dasar akuarium, jangan sampai terjadi penumpukan, karena telur ikan patin bersifat melekat. Karena itu penebaran telur harus sedikit demi sedikit ke dalam setiap akuarum, lalu disebar merata dengan tangan ke seluruh bagian.

Telur akan berkembang secara bertahap setiap wakyu. Pada suhu 28 – 30 O C, telur-telur akuarium akan menetas dalam waktu 18 – 28 jam. Tentu saja tidak semua telur menetas. Telur-telur yang tidak menetas dapat mengotori dan menurunkan kualitas air dalam akuarium. Karena itu 10 jam kemudian, sebagian atau 50 persen air harus dibuang dengan cara disipon, kemudian diganti dengan air baru.

Pembuangan air harus hati-hati, jangan sampai larva-larva itu terbawa arus. Untuk melakukannya, maka saat penyiponan dibantu alat lain, yaitu pipa paralon berdiameter 5 inchi dengan panjang 40 cm. Sebagian paralon itu diberi lubang, kemudian dibungkus dengan kain hapa yang halus dimana larva tidak masuk.

Caranya, masukan paralon itu ke dalam akuarium, tetapi jangan sampai ke dasar akuarium, lalu masukan ujung selang yang telah diisi air ke dalam paralon dan biarkan air mengalir dengan sendirinya. Pengeluaran air dihentikan setelah sebagian air dalam akuarium terbuang. Setelah itu, akuarium diisi lagi air hingga mencapai ketinggian semula. Selama pengeluaran dan penggantian air, aerasi dihentikan dan heater dimatikan.