Ikan baung mengalami enam fase kehidupan, sama dengan ikan mas dan ikan-ikan lainnya. Bila fase ini dimulai dari telur, sikulus ikan baung adalah telur, larva, benih, konsumsi, calon induk dan induk. Inilah pendapat para ahli tentang siklus hidup ikan gurami. Pendapat ini mungkin bisa dijadikan sebagai referensi.
Masa kematangan jantan dan betina ikan baung berbeda. Ikan jantan lebih cepat matang gonad dari betina, dan mulai matang pada umur 10 bulan, yaitu berukuran 100 gram. Sedangkan betina mulai matang gonad pada umu 12 bulan, dengan ukuran yang sama
Menurut Alawi, et al., (1992) dalam Aftalacha (202) induk betina yang berukuran 250 – 634 gram dapat menghasilkan telur (ovulasi) antara 50.000 – 150.000 butir, tetapi fekunditasnya antara 1.395 – 160.000 butir, dengan rata 60.000 butir setiap kilogramnya.
Menurut Hardjamulia dan Suhenda (2000) ikan baung dapat memijah sepanjang tahun, tanpa mengenal musim. Pemijahan ikan baung secara alami masih sulit dilakukan (Djajadireja, 1977). Pemijahan hanya bisa dilakukan dengan cara buatan, yaitu dengan menyuntikan ovaprim, kemudian dilakukan pengurutan (streefing).
Telur-telur ikan baung juga bersifat adhesif atau melekat pada benda-benda yang ada di perairan. Menurut Woynarovich dan Hovarth (1980), sifat adhesif pada telur disebabkan oleh adanya lapisan glukoprotein. Lapisan itulah yang menyebabkan telur-telur melekat pada setiap benda dalam air. Lapisan itu pula yang menyebabkan antara telur yang satu dengan telur lainnya menempel.
Keadaan itu menyebabkan terjadi kekuarangan oksigen pada bagian tengahnya. Inilah salah masalah dalam penetasan telur ikan baung yang menjadikan daya tetas telr ikan baung menjadi rendah. Beberapa percobaan telah dilakukan untuk menghialngakan daya lekat telur itu, diantaranya dengan menggunakan larutan susu dan tanin.
Menurut Hardja mulia dan Suhenda (2000) telur baung umumnya berwarna coklat dan bersifat lekat jika kontak dengan air. Diameter telur antara 1,35 – 1,63 mm dan memiliki berat antara 1,24 – 1,46 mg. Bagian luar telur dilapisi chorion. Bagian kedua dilapisi viteline, dan ketiga dilapisi oleh plasma. Pada chorion terdapat sebuah mikrofil, yaitu sebuah lubang masuknya sperma ke dalam telur sewaktu pembuahan (Effendi, 1977).
Dalam kondisi yang baik, yaitu pada suhu 24 – 28 O C dan oksigen minimal 4 ppm, telur akan menetas dalam waktu 28 jam (Arifin (1987) dalam Arifin (1999). Selama penetasan, dalam telur terjadi beberapa kali pembelahan sel. Menurut Lagler et al., (1962) dalam Fajar (1999) ada 5 tahapan dalam perkembangan telur menjadi embryo, yaitu impregnation, fertilization, cleavage, gastrulasi dan organogenesis.
Selanjutnya larva akan menjadi benih, dan dipelihara di kolam-kolam. Untuk mencapai ukuran 1 – 2 cm pada umumnya dibutuhkan waktu selama sebulan, ukuran 3 – 5 cm dibutuhkan waktu 2 bulan, ukuran 5 – 8 cm dibutuhkan waktu selama 3 bulan, dan ukuran 10 cm – 12 dibutuhkan waktu selama 5 bulan. Selanjutnya benih dipelihara ditempat pembesaran hingga menjadi konsumsi selama 6 bulan dari benih, dan menjadi calon induk dipelihara lagi sela tiga bulan.
Daftar pustaka :